Kurasakan semua yang kulakukan
Terasa tak berarti, hampa tanpa makna
Seperti angin..
Seperti laut tak bertepi, seperti bintang merindukan fajar
Tak kunjung jua habis dimakan waktu
Menapak jalan yang kian pudar
Berbekal sebatang lilin yang telah redup dan akhirnya padam
Hai jiwa… disini…
Haruskah ku pergi atau ku kembali?
Hai jiwa angkuh, sombong dan perangai
Lihatlah… tapak langkahku pun kian pudar kini
Dimana kutemuimu, dimana kuraihmu jiwa….
Hai jiwa… rajutlah asaku yang kian lusuh ini
Hai jiwa… disini…
Sosok angkuhmu pun kian lama kian lekat
Meraba, meniti setiap lantunan sepiku
Hai jiwa.. tak letihkah engkau?
Disana sang waktu pun t’rus berlari
Menghempas seribu aforisma kelam tak berwarna
Hai jiwa....
Bangunlah dari ilusi-ilusi semu tak berarti
Tapi...percuma…percuma…
Kau mungkin takkan pernah mengerti
Kau hanya tertawa, biarkan ku trus terkapar dan akhirnya mati
Percuma…percuma...
Sampai detik ini pun
Kau hanya terdiam bisu
Letihku…lelahku….jiwa…
Haruskah ku padam bersama goresan-goresan kepudaran?
Tidak...tidak jiwa….
Lilinku belum padam, cahayaku pun belum sirna
Asaku kan t’rus berlari
Mengejar sisa-sisa mimpi
Cahaya redupku pun kan kembali
menebar menerangi
Suatu saat nanti…
Kan kutumbangkan sosok angkuhmu jiwa
Kan kuraih s’mua asamu jiwa
Kan kubuat kau tersenyum bangga jiwa
Berbinar berkaca, menangis tertawa
Suatu saat nanti ….ya… suatu saat nanti
Aku yakin itu!
0 Comments